LpIh-indonesia.com, Medan (Sumut )– RS. Pirngadi Medan kembali menjadi sorotan publik. Dimana belakangan ini pelayanan pihak rumah sakit melalui tenaga medisnya mendapat pandangan buruk karena adanya video viral yang beredar di media sosial dan terpublikasi juga di media massa.
Sebelumnya kasus di akhir bulan Mei 2021, dimana ada pasien kritis diberikan tabung oksigen kosong dan mengakibatkan pasien tersebut meninggal dunia dan pihak keluarga merasa tidak terima. Sedangkan pihak rumah sakit dalam pengakuannya membantah kalau memberi tabung oksigen kosong bahkan sampai mengatakan menuding pihak keluarga menyebarkan pencemaran nama baik.
Sampai saat ini kasus tersebut belum mendapat keterangan pasti ujung dari permasalahan ini. Di satu sisi selain pihak keluarga pasien, ada juga beberapa elemen masyarakat angkat bicara bahkan Ketua Parisda Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bung Surya minta Permasalahan tersebut di RDP kan di DPRD Medan.
Dan Kemaren malam, selasa (8/6), kembali terjadi kasus tentang pelayanan RS. Pirngadi Medan yang mengakibatkan kerugian pihak pasien yang menjadi korban penipuan dari pelayanan tersebut.
Video yang viral di medsos tersebut ada menyebutkan nama Rajudin Sagala yang membantu Pihak pasien dalam permasalahan tersebut.
Di hubungi awak media H. Rajudin Sagala, SHi yang merupakan Wakil Ketua DPRD Medan dari Fraksi PKS mengatakan membenarkan kejadian tersebut, Kamis (10/6).
“Memang benar ada pihak keluarga bayi yang menghubungi saya meminta bantuan untuk menghubungi Pihak RS. Pirngadi Medan. Dimana menurut pengakuan pihak Keluarga bayi, tenaga medis mengatakan bahwa bayinya terkena covid-19 sementara pihak keluarga tidak pernah tau kapan bayinya di Rapid Antigen” jelasnya.
Awalnya pihak keluarga membawa bayi itu di hari senin (7/6) dari rujukan rumah sakit swasta untuk dioperasi dan rencana operasi dilakukan pada hari itu pukul 22.00 WIB, tetapi sampai dengan selasa (8/6) pukul 12.30 WIB belum juga dilakukan operasi. Lalu pihak keluarga mempertanyakan hal itu kepada Pihak Rumah Sakit lalu jawabannya karena tidak ada selang infus.
Heran bertambah kesal di karenakan alasan yang dianggap tidak masuk akal sebab Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pringadi Medan tidak memiliki selang infus dan mengakibatkan batalnya dioperasi pasien. Dengan perasaan kesal, pihak keluarga mencoba mencari keberadaan dokter yang menangani bayi tersebut tetapi setelah dicari-cari keberdaaan dokter tersebut tak ada di tempat.
Belum hilang rasa heran dan kesal, pihak keluarga dikejutkan kembali dengan mendapat kabar secara lisan dari petugas medis yang mengatakan bahwa bayinya positif terkena covid-19. Sementara pihak keluarga tidak pernah tau kapan bayinya sudah di Rapid antigen. Selanjutnya pihak keluarga menghubungi Rajudin Sagala untuk membantu permasalahan ini.
Paska terjadi komunikasi via selular antara Rajudin Sagala dan Pihak RSUD. Pringadi Medan maka dilakukan Rapid Antigen kepada bayi tersebut dan hasilnya negatif.
Kekesalan pihak keluargapun semakin bertambah, karena merasa tertipu oleh pihak Rumah Sakit terkait dengan pelayanannya yang lambat dan juga dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa bayinya terkena covid-19 ternyata tidak sama sekali bahkan dokter yang menangani bayi itupun tak kunjung datang.
Menanggapi ini Rajudin Sagala yang juga Penasehat di Forum Peers Independent Indonesia (FPII) meminta kepada Direktur Pringadi Medan untuk mengevaluasi tenaga medisnya.
“Saya minta! Direktur Pringadi Medan mengevaluasi tenaga medisnya, kalau tidak mau terkena sanksi hukum” tegasnya dengan nada kesal, Kamis (10/6).
Sebelumnya Humas RSUD Pringadi Edison Peranginangin telah juga memberi pernyataan kepada media dan membenarkan adanya pasien (bayi) yang dirawat di RSUD Pirngadi Medan.
Kita menjawab berita yang viral kemarin tentang mengcovidkan kemarin. Perlu saya sampaikan di sini, sesuai dengan informasi yang dikumpulkan, bahwasanya benar pasien di rawat. Ia dikirim dari RS swasta yang direncanakan akan menjalani operasi di rumah sakit Pirngadi Medan,” katanya, Kamis (10/6/2021).
Karena masa pandemi maka rumah sakit mengecek rapid antigen. Di mana antigen ini mengecek antibodi dan hasilnya reaktif itu diperiksa pada (8/6/2021) sekitar pukul 14.30 WIB. Karena ini mau operasi dan hasilnya kemarin reaktif maka dilakukan cek lagi setelah menunggu beberapa waktu dan hasilnya negatif.
Ia mengaku, bahasa reaktif tersebut kerap disalahpahami sebagai vonis terpapar Covid-19, padahal tidak.
“Inilah pemicu reaktif itu positif padahal itu antibodi jadi muncullah bahasa seakan-akan Pirngadi mengcovidkan. Padahal hasil ke dua itu negatif. Kalau video itu, benar berada di rumah sakit,” jelasnya.
Mengenai tudingan ditelantarkan pasien yang hendak menjalani operasi, Edison membantah dan menuturkan bahwa pihaknya mempunyai SOP pemeriksaan dan bukan ditelantarkan.
“Kita punya SOP pemeriksaan, bukan penelantaran. Sekitar pukul 00.45 WIB sudah ada rencana dilakukan operasi. Namun pada pukul 00.55 WIB, keluarga meminta pemulangan itu dan ditandatangani orangtuanya,” jelasnya.
Terkait riwayat pasien, Edison menuturkan bahwa ia masuk pada tanggal 7 Juni dan keluar pada 9 Juni dinihari.
“Masuk tanggal 7 keluarnya dinihari tanggal 9 Juni,” sebutnya.
Edison menjelaskan bahwa pasien tersebut mengalami Ileus Obstruktif.
“Penyakitnya ada gangguan di usus, penyumbatan hingga harus dilakukan tindakan operasi,” imbuhnya.
“Itu yang mau dilakukan operasi. Atau nama umumnya ada gangguan di usus, penyumbatan hingga harus dilakukan tindakan operasi. Saat masuk ke RSUD Dr Pirngadi, pasien dalam keadaan lemah dan sesak,” pungkasnya. (*)